Ditinjau dari pemanfaatan input material, konstruksi bangunan sipil terjadi dari suatu proses terwujudnya massa, tali, ikatan mekanis, ikatan kimia, ikatan rangka dan ikatan komposit.
Konstruksi bangunan sipil yang paling sederhana adalah suatu proses pemanfaatan massa benda yang bersifat masif. Pada jaman dulu manusia tinggal di dalam guha, dan kemudian mereka mampu untuk membuat guha dengan menggali dinding tanah menggunakan peralatan sederhana. Begitu pun ketika mereka terhambat sungai atau celah, mereka mampu mengatasinya dengan membentangkan log kayu. Struktur bangunan guha dan bangunan jembatan log kayu semakin diperkuat dengan menggunakan ikata-ikatan dan penopang-penopang lainnya.
Penggunaan teknologi tali atau kabel pun dalam konstruksi bangunan sipil termasuk yang paling primitif. Perkembangan awalnya mungkin dimulai dengan akar-akar yang digunakan untuk alat menggelantung. Awal perkembangan teknologi tali bisa jadi di daerah pegunungan dengan topografi yang curam dan penuh jurang-jurang dalam. Mereka membentangkan tali dan menggantungkan alat titian untuk keperluan transportasi mereka. Teknologi tali semakin berkembang ketika ditemukan kabel baja. Jembatan-jembatan gantung yang bentangnya relatif panjang dibangun di daerah pedalaman. Alternatif jembatan gantung dipilih karena kesulitan untuk mendatangkan material yang lebih berat.
Jembatan gantung yang paling terkenal adalah Brooklyn Bridge selesai dibangun 1883 dengan bentang terpanjang 500 meter dan Jembatan Golden Gate selesai dibangun 1937 dengan bentang terpanjang 1.280 meter, keduanya terletak di Amerika Serikat. Setelah itu jembatan dengan teknologi tali dibangun untuk membentuk citra sebuah kota atau wilayah. Setelah ditemukan teknologi cable stayed, yaitu dengan menumpukan kabel pada sebuah menara untuk menahan beban sebuah struktur bangunan, sehingga tampak seperti layar perahu, sangat disukai para arsitek untuk membuat jembatan panjang menyebrang sungai dan selat. Jembatan cable stayed yang paling terkenal di dunia adalah Tatara Bridge di Jepang selesai dibangun tahun 1998 dengan bentang 890 meter, dan Pont du Normandie Bridge di Prancis selesai dibangun tahun 1995 dengan bentang 856 meter.
Sejak tahun 1990-an Indonesia pun telah berhasil membangun jembatan gantung dan cable stayed dengan bentang panjang. Yang pertama dibangun adalah Jembatan Gantung Mamberamo (235 meter) di Papua, Jembatan Gantung Barito (total 1080 meter, bentang terpanjang 230 meter) di Kalimantan Selatan, tiga Jembatan Cable Stayed Balerang di Pulau Bintan, Jembatan Cable Stayed Pasupati (300 meter) di Bandung, Jembatan Mahakam II (270 meter) di Kalimantan Timur, dan terakhir jembatan Suramadu di Jawa Timur.
Teknologi ikatan mekanis sudah berkembang sejak manusia mulai dapat merumuskan tujuan untuk memiliki sesuatu bangunan yang lebih kuat yang terbuatan dari suatu pecahan atau komponen. Batu nisan sebagai tanda kematian, awalnya terbuat dari satu bongkahan batu atau kayu. Tetapi ketika mereka mulai ingin membentuk bangunan tertentu dari nisan tersebut, mereka mulai menyusunnya dari berbagai ukuran dan bentuk batu. Sebelum menemukan teknik-teknik pengunci ikatan, mereka melalui proses pemahaman bahwa batu dengan ukuran lebih besar dan bentu tertentu lebih kokoh jika diletakan lebih di bawah.
Teknologi ikatan mekanis sangat berkembang di bidang jalan. Peninggalan hasil kebudayaan Viking di Skandinavia, Suku Maya di Amerika, Mesir Kuno dan suku-suku di daratan China meninggalkan artefak jejak-jejak jalan yang sudah diperkeras dengan batuan melalui proses ikatan mekanis. Di bidang selain jalan, Candi Borobudur dan candi-candi lainnya yang dibangun sebelum abad X menunjukkan perkembangan teknologi ikatan mekanis dalam konstruksi bangunan sipil.
Teknologi ikatan mekanis yang digunakan untuk konstruksi jalan sebenarnya termasuk teknologi canggih di jamannya. Selain menggunakan logika gravitasi yang saat itu sudah dirasakan tetapi belum ditemukan, dan logika ukuran yang kecil dapat mengunci ukuran yang besar sehingga membentuk ikatan yang lebih stabil. Tentu saja mereka tidak langsung menemukan teknologi pemadatan. Teknologi ini muncul berdasarkan hasil pengamatan jalan atau benda apapun yang terdiri dari berbagai ukuran yang saling mengunci, ternyata lebih padat dibandingkan ketika saat mereka membuatnya.
Kelemahan teknologi mekanis terletak pada elemen kunci pengikatnya. Penyebab kerusakan yang paling besar adalah kombinasi air dan pembebanan pada saat ikatan sedang lemah. Lapisan jalan pasir bisa lebih padat jika diguyur air. Tetapi, ikatan pasir yang basah sangat lemah untuk menerima beban. Selain air, musuh utama teknologi mekanis adalah pembebanan yang mampu mengubah bentuk ikatan. Permukaan jalan yang bergelombang dan menggelembung adalah salah satu tanda ikatan telah hancur akibat pembebanan.
Penggunaan teknologi mekanis dalam konstruksi bangunan sipil lebih banyak digunakan pada jenis struktur bangunan yang sifatnya tergeletak di permukaan suatu bidang, karena lebih mampu memberikan reaksi gaya normal dibandingkan gaya lintang dan momen. Saat ini, penggunaan teknologi mekanis terus berkembang. Selain masih secara luas digunakan dalam konstruksi aggregat jalan, teknologi digunakan dalam konstruksi cone atau paving block untuk keperluan jalan. Struktur ini lebih tahan air dan lebih stabil dalam menerima pembebanan lalu lintas. Namun, kelemahan struktur ini adalah kurang nyaman untuk dilalui, apalagi dengan kecepatan tinggi.
Sejarah penggunaan teknologi ikatan kimia untuk konstruksi bangunan sipil mungkin sama tuanya dengan ditemukannya teknologi keramik. Teknologi keramik dimulai dengan suatu temuan bahwa tanah lempung dapat dibentuk, baik bentuk wadah maupun simbol-simbol lainnya. Selanjutnya mereka menemukan bahwa lempung semakin keras ketika kering. Lebih jauh lagi mereka menemukan teknologi untuk mengeringkan lempung dengan proses pembakaran yang ternyata hasilnya lebih baik dibandingkan pengeringan alami oleh sinar matahari.
Lempung selanjutnya digunakan untuk membangun tempat tinggal, digunakan secara murni atau sebagai pelekat dari material batu lainnya. Sejalan dengan waktu mereka menyadari lekatan oleh lempung kurang kuat. Selanjutnya ditemukan kapur sebagai pengganti lempung untuk melekatkan tanah, batu atau pasir. Secara bertahap, proses perjalanan sejarah membawa manusia kepada suatu temuan teknologi ikatan kimia untuk membentuk material konstruksi bangunan sipil, sampai ditemukannya teknologi semen dan beton. Berbagai peninggalan bangunan Romawi Kuno menunjukkan teknologi ikatan kimia di dunia konstruksi bangunan sudah berkembang pesat pada zaman itu.
Kekakuan struktur bangunan produk dari teknologi ikatan kimia, selain merupakan kekuatan juga menjadi kelemahannya. Kekakuan yang tinggi menjadi renstan terhadap beban batas. Bangunan yang telah rusak lebih sulit diperbaik karena proses ikatan kimia tidak dapat atau lebih sulit diulang kembali. Kelemahan yang lain dari teknologi ikatan kimia adalah diperlukannya waktu untuk proses tercapainya kekuatan yang diharapkan. Untuk pekerjaan pembetonan secara normal dibutuhkan waktu 28 hari. Waktu setting ini dapat dipersingkat dengan ditemukannya bahan additive.
Teknologi konstruksi lainnya adalah ikatan rangka. Teknologi ini sudah diterapkan sebelum ilmu gaya ditemukan. Dimulai dengan teknologi massa, ketika ukuran massa yang dipasang semakin mengecil, berupa batang-batang kayu ukuran kecil, ternyata terjadi lendutan yang besar sampai batang kayu tersebut runtuh ketika dibebani. Mungkin mereka tidak berpikir mengapa batang kayu yang kecil jika dipasang pada bentang yang pendek menghasil lendutan yang lebih kecil, tetapi pasti melalui suatu proses pemasangan batang lain sebagai penopang untuk mengurangi lendutan tersebut. Teknoli ini semakin berkembang ketika mereka harus membuat atap tempat tinggal mereka, karena terlalu berat mengangkat batang-batang kayu besar ke atas. Mereka menggunakan ukuran kayu yang lebih kecil sambil menerapkan teknologi ikatan rangka.
Teknologi ikatan rangka semakin berkembang pesat ketika ditemukan material logam, karena ukuran batang pembentuk rangka menjadi semakin kecil. Jembatan-jembatan panjang pada jaman dahulu dibuat dengan teknologi rangka, karena beban sendiri dapat dikurangi dengan signifikan untuk menerima beban tertentu. Contoh yang paling masyur adalah Harbor Bridge di Sydney Australia. Selain secara horizontal, teknologi ikatan rangka pun digunakan untuk membangun menara pencakar langit, misalnya menara Eifle di Paris.
Teknologi ikatan komposit adalah teknologi moderen dalam konstruksi bangunan sipil. Teknologi ini telah memungkinkan untuk memperbaiki kelemahan yang terdapat pada teknologi lainnya. Penemuan teknologi beton telah merevolusi industri konstruksi di dunia. Tetapi beton memiliki kelemahan yaitu tidak terlalu kuat untuk menahan gaya tarik dan lentur. Ketika beton dikompositkan dengan baja, mampu mengeliminasi kelemahan tersebut. Apa lagi ketika dikombinasikan dengan sistem kabel prategang, kekuatan tarik menjadi sangat tinggi sehingga dapat memikul beban yang lebih besar, atau dengan kata lainnya bentangnya bisa semakin besar.
Material komposit saat ini semakin luas digunakan dalam industri konstruksi. Pengembangan material komposit diarahkan untuk menemukan material seringan mungkin tetapi mempunyai kapasitas daya dukung yang setinggi-tingginya. Secara struktur beton diperingan dengan bentuk ruang yang tidak masif. Jembatan panjang banyak menggunakan struktur beton seperti ini. Ruangan yang ada di dalam beton dapat digunakan sebagai akses untuk pemeliharaan bangunan. Sampai saat ini beton masih banyak digunakan, terutama untuk memanfaatkan kekakuannya yang digunakan sebagai landasan atau lantai dan sebagai sarana untuk mengikatkan material yang fleksibel seperti kabel baja dan lain-lain. Kekuatan tarik masih mengandalkan baja, hanya nilai batasnya dinaikkan dengan penggunan material komposit kabel baja. Bentuk kabel bukan lagi masif, tetapi berbentuk serabut yang lebih ringan. Sekarang sudah dikembangkan sistem pengikat komposit yang lebih menjamin terjadinya kesatuan monolit.
Rabu, 29 April 2009
Keruntuhan Struktur Bangunan Sipil
Pada dekade 1990-an, dunia konstruksi Indonesia digegerkan oleh dua peristiwa yaitu runtuhnya jembatan Sarinah di Jakarta dan jembatan Comal di Jawa Tengah. Apapun penyebab masalahnya yang pasti kondisi struktur bangunan pada saat itu sudah tidak mampu menerima gaya yang terjadi. Gaya yang terjadi padaa saat keruntuhan itu terjadi belum tentu merupakan beban maksimum yang telah diterima struktur tersebut.
Salah satu indikasi penyebab keruntuhan jembatan Sarinah adalah terjadinya penurunan kualitas pada kabel penyangga struktur bangunan jembatan. Penurunan kualitas kabel tersebut bisa disebabkan pengkaratan dan atau fatik. Fatik bisa terjadi apabila selama penggunaan jembatan tersebut menyebabkan getaran pada struktur. Getaran yang berlebihan bisa terjadi ketika beban tetap yang dipikul jembatan mendekati ambang batas, sehingga ketika struktur menerima tambahan beban, walaupun besaran beban tersebut kecil, menyebabkan struktur bergetar. Kemungkinan lain adalah sistem tumpuan kabelnya rusak atau pemasangannya kurang sempurna sehingga kondisinya berubah sesuai dengan fungsi besaran pembebanan dan waktu.
Penyebab keruntuhan jembatan Comal lebih kompleks. Jembatan ini terbentuk dari rangka baja, terletak di ruas jalan Jalur Pantura Jawa, yang merupakan salah satu ruas jalan yang paling tinggi menerima pembebaban lalu lintas di Indonesia. Jalur ini termasuk jalur yang sering dilaporkan telah mengalami pembebanan lalu-lintas berlebih. Banyak hal yang dapat menyebabkan jembatan ini runtuh. Kemungkinan pertama, kondisi ikatan rangka baja telah mengalami penurunan kualitas yang disebabkan proses pengaratan atau pengenduran pengikat; kedua, kualitas rangka baja menurun akibat pengaratan; ketiga, rangka atau pengikat rangka baja telah mengalami fatik akibat beban lalu lintas yang berulang; keempat, terjadi proses penguatan gaya akibat resonansi yang melebihi daya dukung rangka; dan kelima, kombinan dari berbagai penyebab tersebut. Banyak ahli struktur menduga, penyebab utama keruntuhan jembatan Comal adalah gejala fatik dan resonansi.
Fatik disebabkan oleh perubahan bentuk akibat berban berulang. Semakin besar beban yang diterima dan semakin sering pengulangannya, maka semakin cepat terjadinya fatik. Fatik menyebabkan struktur rangka baja menjadi lebih lemah. Selanjutnya keruntuhan hanya tinggal menunggu waktu. Pada saat terjadinya keruntuhan terdapat truk besar di atas jembatan. Kemungkinan truk tersebut sedang berhenti di atas jembatan. Mesin truk yang sedang berhenti menghasilkan getaran yang lebih kuat dan diperkirakan telah beresonansi dengan getaran jembatan sehingga menimbulkan gaya resultan yang tidak mampu lagi dipikul oleh rangka jembatan. Sehingga terjadilah peristiwa keruntuhan tersebut.
Keruntuhan struktur bangunan sipil tidak selalu disebabkan oleh tambahan beban dari para pengguna bangunan. Kasus-kasus keruntuhan yang pernah dilaporkan antara lain disebabkan:kelemahan penyangga bangunan, kelemahan pondasi, kelemahan struktur bawah, kelemahan struktur atas dan kombinasi dari kelemahan-kelemahan tersebut.
Kasus kelemahan penyangga pondasi banyak dilaporkan di Kalimantan dan Sumatera bagian Timur. Tanah di Pulau Kalimantan terbentuk dari tanah endapan aluvial dan hasil pembusukan tetumbuhan yang kemudian membentuk tanah humus. Kedalaman tanah lunak dan humus di Kalimnatan bisa mencapai lebih dari 20 meter. Struktur bangunan timbunan tanah di kalimantan sering menjadi masalah karena daya dukung tanah dasar yang sangat lemah. Lalu lintas tradisional di Kalimntan memanfaatkan sungai-sungai yang banyak terdapat di sana. Ketika timbul kebutuhan pembangunan jalan raya, banyak jembatan yang dibangun. Agar sungai tetap dapat dimanfaatkan untuk lalu-lintas, elevasi jembatan dari permukaan sungai harus cukup tinggi, sehingga diperlukan oprit jembatan yang tinggi pula. Timbunan oprit yang tinggi dan proses konstruksi yang tidak cermat menyebabkan tanah dasar tidak mampu mendukung struktur bangunan timbunan, sehingga oprit jembatan mengalami keruntuhan.
Kasus kelemahan penyangga pondasi tidak hanya berbahaya bagi timbunan oprit. Timbunan oprit menyebabkan tekanan tanah lateral yang relatif tinggi dan mendesak pondasi tiang pancang jembatan sehingga sebagian tiang pancang patah. Kasus ini pernah dilaporkan di ruas jalan Lintas Timur Sumatera dan beberapa di Kalimantan Selatan. Kasus lain terjadi di ruas jalan Sampit – Pangkalan Bun Kalimantan Tengah, badan jalan berupa timbunan tanah yang membelah rawa tiba-tiba runtuh dan amblas sedalam 5 meter. Diperkirakan butiran halus tanah timbunan terhanyutkan oleh aliran air di dalam tanah. Kasus ini diperkirakan sama dengan kasus yang terjadi di Rawa Opa Sulawesi Tenggara dan di ruas jalan tol Purbaleunyi Purwakarta Jawa Barat. Kasus runtuhnya bendung Situ Gintung bisa saja disebabkan terjadinya perlemahan pada bagian dasar tanggul akibat aliran dalam tanah.
Kasus kelemahan pondasi banyak dilaporkan terkait dengan kurang cermatnya memprediksi kondisi tanah lunak seperti kasus di atas; kurang berkualitasnya material pondasi khususnya pada bagian sambungan pondasi; kurang cermatnya proses pemancangan yang menempatkan ujung pondasi tiang pancang pada lensa tanah yang tidak stabil; kurang cermatnya penempatan dasar pondasi telapak atau sumuran yang mudah tergerus aliran sungai. Keruntuhan bangunan akibat penempatan dasar pondasi yang kurang cermat banyak terjadi di daerah tanah lunak dan di daerah dengan aliran sungai yang deras. Kasus di daerah tanah lunak berupa penurunan tanah berlebihan dan atau perbedaan penurunan yang signifikan. Perbedaan penurunan tanah sering dianggap remeh, padahal sangat berbahaya karena dapat menimbulkan momen puntir yang kekuatannya mungkin tidak mampu ditahan oleh struktur atas. Struktur bangunan gedung yang mengalami keretakan, dan mungkin runtuhnya salah satu jembatan yang baru dibangun di Kalimantan Tengah dapat disebabkan oleh perbedaan penurunan pondasi tersebut.
Keruntuhan akibat kelemahan struktur bawah tidak banyak dilaporkan karena biasanya dianggap sebagai akibat kelemahan pondasi. Terjadinya perbedaan penurunan pondasi mungkin bukan disebabkan penempatan ujung atau dasar pondasi yang kurang cermat, tetapi dapat disebabkan tidak dipasangnya struktur pengikat atau balok yang memadai di atas pondasi sehingga beban dari struktur atas tidak terdistribusi dengan merata ke pondasi. Kasus ini sering terjadi pada pembangunan perumahan pribadi, khususnya yang menggunakan pondasi setempat. Kasus serupa sering terjadi pada pemasangan pondasi terucuk di bawah tanah timbunan. Ikatan antar terucuk yang memadai tidak dipasang sehingga pondasi terucuk tidak bekerja sebagai satu kesatuan blok massa.
Abutmen bisa dianggap sebagai pondasi jika ia berfungsi sebagai pondasi telapak, atau sebagai struktur bawah jika ia dibangun di atas pondasi tiang atau sumuran. Keruntuhan abutmen sebagai struktur bawah jarang terjadi. Yang sering terjadi adalah akibat kelemahan pondasinya.
Kasus yang paling sering ditemukan adalah kasus keruntuhan akibat kualitas struktur atas yang kurang memadai, khususnya pada struktur bangunan dari beton, komposit, rangka dan campuran aspal. Pada tahun 1988, suatu struktur bangunan gorong-gorong ukuran 2x2 meter di Kalimantan Selatan runtuh pada saat perancahnya dibongkar. Setelah diteliti ternyata mutu betonnya sangat rendah. Dari hasil penelitian lebih lanjut, mutu benton yang rendah tersebut disebabkan oleh campuran material yang kurang baik dan penggunaan air asin. Banyak dilaporkan lantai beton jembatan yang retak; kolom, balok, lantai beton dan dinding bangunan gedung yang retak dan malahan runtuh yang diakibatkan oleh rendahnya kualitas material dan pelaksanaan pekerjaan.
Banyak ruas jalan yang hancur padahal usianya masih sangat muda. Hasil pembangunan jalan di Kalimantan Timur yang berbatasan dengan Kalimantan Selatan pernah hancur karena menggunakan material batu yang daya lekatnya dengan aspal sangat kurang. Di Lampung, salah satu ruas jalan hancur sebelum digunakan karena penggunaan campuran aspal dingin yang pelaksanaannya kurang tepat. Pemasangan campuran aspal panas pun yang teknologinya sudah sangat dikuasai, apabila kurang mendapatkan pengawasan sering menghasilkan lapisan perkerasan jalan yang mudah mengelupas dan hancur.
Saat ini sedang mode di daerah menggunakan lapisan perkerasan beton sejak terjadinya kelangkaan aspal yang harganya melangit. Hanya sayang, karena ingin mengejar target panjang jalan yang besar, tebal lapisan perkerasan beton dirancang hanya 10 cm. Padahal, karena barang publik, pengendalian lalu lintas jalan paling sulit dilakukan. Sampai saat ini belum dilaporkan bagaimana kinerja jalan beton tersebut. Tapi sudah dapat terbayangkan apabila terjadi kerusakan akibat kelebihan beban, fatik, atau pengerutan, akan memerlukan biaya pemeliharaan yang mahal sekali.
Salah satu indikasi penyebab keruntuhan jembatan Sarinah adalah terjadinya penurunan kualitas pada kabel penyangga struktur bangunan jembatan. Penurunan kualitas kabel tersebut bisa disebabkan pengkaratan dan atau fatik. Fatik bisa terjadi apabila selama penggunaan jembatan tersebut menyebabkan getaran pada struktur. Getaran yang berlebihan bisa terjadi ketika beban tetap yang dipikul jembatan mendekati ambang batas, sehingga ketika struktur menerima tambahan beban, walaupun besaran beban tersebut kecil, menyebabkan struktur bergetar. Kemungkinan lain adalah sistem tumpuan kabelnya rusak atau pemasangannya kurang sempurna sehingga kondisinya berubah sesuai dengan fungsi besaran pembebanan dan waktu.
Penyebab keruntuhan jembatan Comal lebih kompleks. Jembatan ini terbentuk dari rangka baja, terletak di ruas jalan Jalur Pantura Jawa, yang merupakan salah satu ruas jalan yang paling tinggi menerima pembebaban lalu lintas di Indonesia. Jalur ini termasuk jalur yang sering dilaporkan telah mengalami pembebanan lalu-lintas berlebih. Banyak hal yang dapat menyebabkan jembatan ini runtuh. Kemungkinan pertama, kondisi ikatan rangka baja telah mengalami penurunan kualitas yang disebabkan proses pengaratan atau pengenduran pengikat; kedua, kualitas rangka baja menurun akibat pengaratan; ketiga, rangka atau pengikat rangka baja telah mengalami fatik akibat beban lalu lintas yang berulang; keempat, terjadi proses penguatan gaya akibat resonansi yang melebihi daya dukung rangka; dan kelima, kombinan dari berbagai penyebab tersebut. Banyak ahli struktur menduga, penyebab utama keruntuhan jembatan Comal adalah gejala fatik dan resonansi.
Fatik disebabkan oleh perubahan bentuk akibat berban berulang. Semakin besar beban yang diterima dan semakin sering pengulangannya, maka semakin cepat terjadinya fatik. Fatik menyebabkan struktur rangka baja menjadi lebih lemah. Selanjutnya keruntuhan hanya tinggal menunggu waktu. Pada saat terjadinya keruntuhan terdapat truk besar di atas jembatan. Kemungkinan truk tersebut sedang berhenti di atas jembatan. Mesin truk yang sedang berhenti menghasilkan getaran yang lebih kuat dan diperkirakan telah beresonansi dengan getaran jembatan sehingga menimbulkan gaya resultan yang tidak mampu lagi dipikul oleh rangka jembatan. Sehingga terjadilah peristiwa keruntuhan tersebut.
Keruntuhan struktur bangunan sipil tidak selalu disebabkan oleh tambahan beban dari para pengguna bangunan. Kasus-kasus keruntuhan yang pernah dilaporkan antara lain disebabkan:kelemahan penyangga bangunan, kelemahan pondasi, kelemahan struktur bawah, kelemahan struktur atas dan kombinasi dari kelemahan-kelemahan tersebut.
Kasus kelemahan penyangga pondasi banyak dilaporkan di Kalimantan dan Sumatera bagian Timur. Tanah di Pulau Kalimantan terbentuk dari tanah endapan aluvial dan hasil pembusukan tetumbuhan yang kemudian membentuk tanah humus. Kedalaman tanah lunak dan humus di Kalimnatan bisa mencapai lebih dari 20 meter. Struktur bangunan timbunan tanah di kalimantan sering menjadi masalah karena daya dukung tanah dasar yang sangat lemah. Lalu lintas tradisional di Kalimntan memanfaatkan sungai-sungai yang banyak terdapat di sana. Ketika timbul kebutuhan pembangunan jalan raya, banyak jembatan yang dibangun. Agar sungai tetap dapat dimanfaatkan untuk lalu-lintas, elevasi jembatan dari permukaan sungai harus cukup tinggi, sehingga diperlukan oprit jembatan yang tinggi pula. Timbunan oprit yang tinggi dan proses konstruksi yang tidak cermat menyebabkan tanah dasar tidak mampu mendukung struktur bangunan timbunan, sehingga oprit jembatan mengalami keruntuhan.
Kasus kelemahan penyangga pondasi tidak hanya berbahaya bagi timbunan oprit. Timbunan oprit menyebabkan tekanan tanah lateral yang relatif tinggi dan mendesak pondasi tiang pancang jembatan sehingga sebagian tiang pancang patah. Kasus ini pernah dilaporkan di ruas jalan Lintas Timur Sumatera dan beberapa di Kalimantan Selatan. Kasus lain terjadi di ruas jalan Sampit – Pangkalan Bun Kalimantan Tengah, badan jalan berupa timbunan tanah yang membelah rawa tiba-tiba runtuh dan amblas sedalam 5 meter. Diperkirakan butiran halus tanah timbunan terhanyutkan oleh aliran air di dalam tanah. Kasus ini diperkirakan sama dengan kasus yang terjadi di Rawa Opa Sulawesi Tenggara dan di ruas jalan tol Purbaleunyi Purwakarta Jawa Barat. Kasus runtuhnya bendung Situ Gintung bisa saja disebabkan terjadinya perlemahan pada bagian dasar tanggul akibat aliran dalam tanah.
Kasus kelemahan pondasi banyak dilaporkan terkait dengan kurang cermatnya memprediksi kondisi tanah lunak seperti kasus di atas; kurang berkualitasnya material pondasi khususnya pada bagian sambungan pondasi; kurang cermatnya proses pemancangan yang menempatkan ujung pondasi tiang pancang pada lensa tanah yang tidak stabil; kurang cermatnya penempatan dasar pondasi telapak atau sumuran yang mudah tergerus aliran sungai. Keruntuhan bangunan akibat penempatan dasar pondasi yang kurang cermat banyak terjadi di daerah tanah lunak dan di daerah dengan aliran sungai yang deras. Kasus di daerah tanah lunak berupa penurunan tanah berlebihan dan atau perbedaan penurunan yang signifikan. Perbedaan penurunan tanah sering dianggap remeh, padahal sangat berbahaya karena dapat menimbulkan momen puntir yang kekuatannya mungkin tidak mampu ditahan oleh struktur atas. Struktur bangunan gedung yang mengalami keretakan, dan mungkin runtuhnya salah satu jembatan yang baru dibangun di Kalimantan Tengah dapat disebabkan oleh perbedaan penurunan pondasi tersebut.
Keruntuhan akibat kelemahan struktur bawah tidak banyak dilaporkan karena biasanya dianggap sebagai akibat kelemahan pondasi. Terjadinya perbedaan penurunan pondasi mungkin bukan disebabkan penempatan ujung atau dasar pondasi yang kurang cermat, tetapi dapat disebabkan tidak dipasangnya struktur pengikat atau balok yang memadai di atas pondasi sehingga beban dari struktur atas tidak terdistribusi dengan merata ke pondasi. Kasus ini sering terjadi pada pembangunan perumahan pribadi, khususnya yang menggunakan pondasi setempat. Kasus serupa sering terjadi pada pemasangan pondasi terucuk di bawah tanah timbunan. Ikatan antar terucuk yang memadai tidak dipasang sehingga pondasi terucuk tidak bekerja sebagai satu kesatuan blok massa.
Abutmen bisa dianggap sebagai pondasi jika ia berfungsi sebagai pondasi telapak, atau sebagai struktur bawah jika ia dibangun di atas pondasi tiang atau sumuran. Keruntuhan abutmen sebagai struktur bawah jarang terjadi. Yang sering terjadi adalah akibat kelemahan pondasinya.
Kasus yang paling sering ditemukan adalah kasus keruntuhan akibat kualitas struktur atas yang kurang memadai, khususnya pada struktur bangunan dari beton, komposit, rangka dan campuran aspal. Pada tahun 1988, suatu struktur bangunan gorong-gorong ukuran 2x2 meter di Kalimantan Selatan runtuh pada saat perancahnya dibongkar. Setelah diteliti ternyata mutu betonnya sangat rendah. Dari hasil penelitian lebih lanjut, mutu benton yang rendah tersebut disebabkan oleh campuran material yang kurang baik dan penggunaan air asin. Banyak dilaporkan lantai beton jembatan yang retak; kolom, balok, lantai beton dan dinding bangunan gedung yang retak dan malahan runtuh yang diakibatkan oleh rendahnya kualitas material dan pelaksanaan pekerjaan.
Banyak ruas jalan yang hancur padahal usianya masih sangat muda. Hasil pembangunan jalan di Kalimantan Timur yang berbatasan dengan Kalimantan Selatan pernah hancur karena menggunakan material batu yang daya lekatnya dengan aspal sangat kurang. Di Lampung, salah satu ruas jalan hancur sebelum digunakan karena penggunaan campuran aspal dingin yang pelaksanaannya kurang tepat. Pemasangan campuran aspal panas pun yang teknologinya sudah sangat dikuasai, apabila kurang mendapatkan pengawasan sering menghasilkan lapisan perkerasan jalan yang mudah mengelupas dan hancur.
Saat ini sedang mode di daerah menggunakan lapisan perkerasan beton sejak terjadinya kelangkaan aspal yang harganya melangit. Hanya sayang, karena ingin mengejar target panjang jalan yang besar, tebal lapisan perkerasan beton dirancang hanya 10 cm. Padahal, karena barang publik, pengendalian lalu lintas jalan paling sulit dilakukan. Sampai saat ini belum dilaporkan bagaimana kinerja jalan beton tersebut. Tapi sudah dapat terbayangkan apabila terjadi kerusakan akibat kelebihan beban, fatik, atau pengerutan, akan memerlukan biaya pemeliharaan yang mahal sekali.
Label:
Comal,
fatik,
Kalimantan,
Pangkalanbun,
Purbaleunyi,
Rawaopa,
resonansi,
runtuh,
Sampit,
Sarinah,
settlement,
sumuran,
telapak,
tol
Tipologi Gaya pada Struktur Bangunan Sipil
Gaya yang terjadi pada suatu struktur bangunan sipil bisa dalam berbagai bentuk. Untuk menyederhanakan dalam analisis gaya, pada umumnya bentuk tersebut dikelompokkan menjadi bentuk titik dan bentuk garis. Suatu gaya disebut berbentuk titik apabila jarak antara terjadinya gaya tersebut dengan titik yang ditinjau adalah konstan atau tetap; sedangkan pada bentuk garis jaraknya menjadi variabel.
Setiap struktur bangunan sipil yang menerima gaya yang berasal dari beban sendiri maupun dari luar, akan memberikan reaksi untuk menahan gaya-gaya tersebut sehinggta struktur bangunan tetap berdiri pada tempatnya. Dalam ilmu mekanika teknik, gaya-gaya reaksi yang terjadi pada struktur bangunan sipil antara lain adalah gaya normal, gaya lintang, dan gaya momen. Untuk memudahkan pemahaman dalam analisis gaya, struktur bangunan sipil yang ditinjau divisualisasikan dalam dua dimensi yang dibatasi oleh dua garis sumbu yang saling tegak lurus. Gaya normal adalah reaksi gaya yang bekerja segaris dengan bidang materi yang ditinjau; gaya lintang bekerja tegak lurus dengan garis bidang materi yang ditinjau; gaya resultan adlah gabungan beberapa gaya baik masing-masing gaya normal atau lintang maupun gabungan kedua gaya tersebut; dan gaya momen merupakan gaya reaksi yang terjadi akibat adanya besaran gaya yang bekerja pada jarak tertentu.
Dalam kenyataannya, struktur bangunan sipil selalu berbentuk ruang, sehingga gaya yang diterima pun dalam konfigurasi ruang. Visualisasi untuk penyederhaan bentuk ruang adalah dengan tinjauan tiga dimensi yang dibatasi tiga garis sumbu yang saling tegak lurus. Untuk memudahkan analisis gaya, reaksi gaya yang terjadi pada struktur bangunan diuraikan pada ketiga garis sumbu tersebut. Metode analisis yang sering digunakan untuk tinjauan tiga dimensi adalah analisis matriks. Tinjau tiga dimensi menjadi semakin rumit ketika struktur bangunan sipil yang ditinjau berbentuk bidang lengkung. Beberapa model penyederhanaan telah diperkenalkan dalam ilmu mekanika teknik, salah satunya adalah finite element model. Dengan adanya teknologi komputer, analisis model finite element menjadi lebih mudah walaupun tetap kompleks bagi kebanyakan orang, karena pada dasarnya pemahaman manusia terhadap suatu ruang membutuhkan kompetensi khusus.
Berdasarkan waktu kejadiannya, gaya pada struktur bangunan sipil dikelompokkan menjadi gaya tetap dan gaya dinamis. Gaya tetap adalah gaya yang terjadi yang bersifat konstan, baik keberadaannya maupun besaran dan lokasinya; sedangkan gaya dinamis terjadi apabila salah satu komponen keberadaan, besaran, atau lokasi gaya tersebut berubah. Yang sering dikelompokkan pada gaya tetap adalah gaya yang disebabkan beban sendiri atau beban dari suatu benda yang ditempatkan secara tetap pada suatu struktur bangunan. Sebuah mesin yang ditempatkan pada struktur bangunan sipil, pada saat tidak bekerja menimbulkan gaya tetap, sedangkan pada saat mesinnya bekerja menimbulkan gaya dinamis karena besaran gayanya meruapakan fungsi dari waktu. Contoh lain yang sering menimbulkan dua gaya berbeda yang besaran relatif signifikan adalah struktur bangunan atap berbentuk kantilever dan struktur bangunan menara yang diatasnya terdapat bidang cukup luas seperti papan reklame. Kedua struktur bangunan ini menerima beban angin yang besarannya berubah terhadap fungsi waktu.
Pemahaman terhadap gaya tetap dan dinamis sangat penting karena sangat terkait dengan sistem keruntuhan struktur bangunan sipil. Pemahaman para ahli konstruksi bangunan sipil tehadap karakteristik gaya tetap lebih meluas dan mendalam dibandingkan dengan gaya dinamis.
Setiap struktur bangunan sipil yang menerima gaya yang berasal dari beban sendiri maupun dari luar, akan memberikan reaksi untuk menahan gaya-gaya tersebut sehinggta struktur bangunan tetap berdiri pada tempatnya. Dalam ilmu mekanika teknik, gaya-gaya reaksi yang terjadi pada struktur bangunan sipil antara lain adalah gaya normal, gaya lintang, dan gaya momen. Untuk memudahkan pemahaman dalam analisis gaya, struktur bangunan sipil yang ditinjau divisualisasikan dalam dua dimensi yang dibatasi oleh dua garis sumbu yang saling tegak lurus. Gaya normal adalah reaksi gaya yang bekerja segaris dengan bidang materi yang ditinjau; gaya lintang bekerja tegak lurus dengan garis bidang materi yang ditinjau; gaya resultan adlah gabungan beberapa gaya baik masing-masing gaya normal atau lintang maupun gabungan kedua gaya tersebut; dan gaya momen merupakan gaya reaksi yang terjadi akibat adanya besaran gaya yang bekerja pada jarak tertentu.
Dalam kenyataannya, struktur bangunan sipil selalu berbentuk ruang, sehingga gaya yang diterima pun dalam konfigurasi ruang. Visualisasi untuk penyederhaan bentuk ruang adalah dengan tinjauan tiga dimensi yang dibatasi tiga garis sumbu yang saling tegak lurus. Untuk memudahkan analisis gaya, reaksi gaya yang terjadi pada struktur bangunan diuraikan pada ketiga garis sumbu tersebut. Metode analisis yang sering digunakan untuk tinjauan tiga dimensi adalah analisis matriks. Tinjau tiga dimensi menjadi semakin rumit ketika struktur bangunan sipil yang ditinjau berbentuk bidang lengkung. Beberapa model penyederhanaan telah diperkenalkan dalam ilmu mekanika teknik, salah satunya adalah finite element model. Dengan adanya teknologi komputer, analisis model finite element menjadi lebih mudah walaupun tetap kompleks bagi kebanyakan orang, karena pada dasarnya pemahaman manusia terhadap suatu ruang membutuhkan kompetensi khusus.
Berdasarkan waktu kejadiannya, gaya pada struktur bangunan sipil dikelompokkan menjadi gaya tetap dan gaya dinamis. Gaya tetap adalah gaya yang terjadi yang bersifat konstan, baik keberadaannya maupun besaran dan lokasinya; sedangkan gaya dinamis terjadi apabila salah satu komponen keberadaan, besaran, atau lokasi gaya tersebut berubah. Yang sering dikelompokkan pada gaya tetap adalah gaya yang disebabkan beban sendiri atau beban dari suatu benda yang ditempatkan secara tetap pada suatu struktur bangunan. Sebuah mesin yang ditempatkan pada struktur bangunan sipil, pada saat tidak bekerja menimbulkan gaya tetap, sedangkan pada saat mesinnya bekerja menimbulkan gaya dinamis karena besaran gayanya meruapakan fungsi dari waktu. Contoh lain yang sering menimbulkan dua gaya berbeda yang besaran relatif signifikan adalah struktur bangunan atap berbentuk kantilever dan struktur bangunan menara yang diatasnya terdapat bidang cukup luas seperti papan reklame. Kedua struktur bangunan ini menerima beban angin yang besarannya berubah terhadap fungsi waktu.
Pemahaman terhadap gaya tetap dan dinamis sangat penting karena sangat terkait dengan sistem keruntuhan struktur bangunan sipil. Pemahaman para ahli konstruksi bangunan sipil tehadap karakteristik gaya tetap lebih meluas dan mendalam dibandingkan dengan gaya dinamis.
Label:
beban,
dimensi,
dinamis,
lengkung,
lintang,
momen,
normal,
resonansi,
resultante,
tipologi gaya
Konstruksi dan Struktur
Istilah konstruksi pun sering digunakan dalam ilmu bahasa, misalnya konstruksi bahasa dan konstruksi kalimat yang berarti proses pembentukan bahasa dan kalimat. Bentuk-bentuk atau unsur yang terdapat di dalam bahasa atau kalimat disebut struktur bahasa atau kalimat.Seirama dengan penggunaan istilah pada ilmu bahasa tersebut, untuk mendefiniskan wujud bangunan sebailnya menggunakan istilah struktur bangunan dibandingan dengan istilah konstruksi bangunan. Istilah konstruksi bangunan lebih tepat digunakan untuk menyatakan proses pewujudan bangunan
Komponen Utama Struktur Bangunan Sipil
Secara umum struktur bangunan sipil terdiri dari komponen pondasi, struktur bawah (substructrure), dan struktur atas (uper structure).
Pondasi adalah struktur bangunan yang menopang strukturtur bangunan secara keseluruhan. Pondasi befungsi meneruskan seluruh gaya-gaya yang terjadi pada sistem bangunan ke dalam media penopang struktur. Struktur bangunan sipil bisa berdiri di atas tanah, air atau stuktur bangunan lainnya. Beban-beban yang terjadi pada pondasi akibat adanya beban pada struktur baik beban sendiri maupun beban dari luar termasuk beban-beban yang terjadi pada sistem pondasinya sendiri. Pengelompokan pondasi bisa bermacam-macam, tetapi pada umumnya dikelompokan berdasarkan bentuknya atau kedalamnya. Dilihat dari bentuknya, pondasi bisa berbentuk blok massa seperti pondasi jalan; berbentuk garis seperti pondasi menerus; dan berbentuk titik seperti pondasi telapak, sumuran dan tiang. Sedangkan dilihat dari kedalamanya terbagi menjadi pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Struktur bawah berfungsi sebagai struktur bangunan antara yang menjembatani penyaluran beban dari struktur atas ke pondasi. Keberadaan struktur bawah tidak selalu jelas. Contoh yang jelas terdapat pada struktur bangunan jembatan, yaitu bangunan bawah jembatan berupa abutmen dan pilar jembatan. Pengelompokan struktur subbase dan aggregate base yang berada diantara pondasi dan struktur lapisan penutup perkerasan cukup sulit dilakukan. Begitu pula balok-balok yang menyatukan sistem pondasi bentuk titik, apakah masuk ke dalam kelompok pondasi atau struktur bawah. Namun, jika kita konsekuen terhadap pengertian pondasi di atas, maka struktur bangunan yang tidak langsung meneruskan gaya-gaya ke media penopang bisa dikelompokkan di luar pondasi.
Batasan pengertian struktur bawah yang kadang-kadang tidak jelas berimbas pada batasan pengertian struktur atas. Salah satu batasan pengertian struktur atas adalah komponen struktur yang langsung menerima beban dari luar sesuai dengan fungsi struktur tersebut. Misalnya bagian bangunan gedung yang langsung menerima beban sendiri maupun beban luar adalah lantai, balok, kolom, dinding, dan atap. Pada struktur bangunan jalan adalah lapisan permukaan perkerasan jalan. Namun, batasan ini menjadi kurang tepat jika diterapkan pada abutmen, karena struktur bangunan aburmen pun menerima beban lateral secara langsung dari struktur bangunan oprit jembatan.
Pondasi adalah struktur bangunan yang menopang strukturtur bangunan secara keseluruhan. Pondasi befungsi meneruskan seluruh gaya-gaya yang terjadi pada sistem bangunan ke dalam media penopang struktur. Struktur bangunan sipil bisa berdiri di atas tanah, air atau stuktur bangunan lainnya. Beban-beban yang terjadi pada pondasi akibat adanya beban pada struktur baik beban sendiri maupun beban dari luar termasuk beban-beban yang terjadi pada sistem pondasinya sendiri. Pengelompokan pondasi bisa bermacam-macam, tetapi pada umumnya dikelompokan berdasarkan bentuknya atau kedalamnya. Dilihat dari bentuknya, pondasi bisa berbentuk blok massa seperti pondasi jalan; berbentuk garis seperti pondasi menerus; dan berbentuk titik seperti pondasi telapak, sumuran dan tiang. Sedangkan dilihat dari kedalamanya terbagi menjadi pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Struktur bawah berfungsi sebagai struktur bangunan antara yang menjembatani penyaluran beban dari struktur atas ke pondasi. Keberadaan struktur bawah tidak selalu jelas. Contoh yang jelas terdapat pada struktur bangunan jembatan, yaitu bangunan bawah jembatan berupa abutmen dan pilar jembatan. Pengelompokan struktur subbase dan aggregate base yang berada diantara pondasi dan struktur lapisan penutup perkerasan cukup sulit dilakukan. Begitu pula balok-balok yang menyatukan sistem pondasi bentuk titik, apakah masuk ke dalam kelompok pondasi atau struktur bawah. Namun, jika kita konsekuen terhadap pengertian pondasi di atas, maka struktur bangunan yang tidak langsung meneruskan gaya-gaya ke media penopang bisa dikelompokkan di luar pondasi.
Batasan pengertian struktur bawah yang kadang-kadang tidak jelas berimbas pada batasan pengertian struktur atas. Salah satu batasan pengertian struktur atas adalah komponen struktur yang langsung menerima beban dari luar sesuai dengan fungsi struktur tersebut. Misalnya bagian bangunan gedung yang langsung menerima beban sendiri maupun beban luar adalah lantai, balok, kolom, dinding, dan atap. Pada struktur bangunan jalan adalah lapisan permukaan perkerasan jalan. Namun, batasan ini menjadi kurang tepat jika diterapkan pada abutmen, karena struktur bangunan aburmen pun menerima beban lateral secara langsung dari struktur bangunan oprit jembatan.
Label:
gaya,
jembatan,
komponen,
oprit,
pondasi,
substruktur,
upperstructure
Selasa, 28 April 2009
Bangunan dan Konstruksi
Bangunan adalah kata benda berasal dari kata dasar bangun yang mengandung makna mendapatkan suatu energi sehingga terasa lebih energik. Bangunan adalah hasil dari suatu proses produksi, dari yang tidak ada menjadi ada ataupun dari yang sudah ada menjadi lebih baik. Selama ini kata bangunan sering digunakan untuk menyebutkan hasil suatu proses pembangunan yang bersifat fisik dengan material tertentu. Yang sering diasosiasikan sebagai bangunan adalah antara lain gedung dan bendungan, tetapi sekali-kali terdengar jembatan. Kita sering mendengar istilah bangunan irigasi yang artinya suatu bangunan yang berfuungsi untuk keperluan irigasi. Kata irigasi sendiri berarti menyalurkan atau mendistribusikan air. Bangunan irigasi misalnya saluran air, pintu air, dan bendungan.
Pada tahun 2002 diterbitkan Undang-Undang No. 28 tentang Bangunan Gedung. Jika konsekuen dengan istilah bangunan irigasi di atas, bangunan gedung berarti bangunan yang berfungsi untuk gedung. Tentu saja bukan makna ini yang dimaksud, tetapi yang dimaksud adalah bangunan berbentuk gedung. Pengertian gedung lebih spesifik dibandingkan bangunan. Gedung lebih diasosiakan pada tempat hunian baik untuk keperluan tempat tinggal, kantor dan bisnis. Kita sering mendengar istilah gedung perumahan, gedung perkantoran, gedung perhotelan, dan gedung pertokoan. Tetapi kita jarang mendengar istilah gedung perpasaran, yang sering kita dengar adalah gedung pemasaran yang maknanya bukan gedung untuk keperluan pasar tetapi gedung, tempat atau kantor untuk memasarkan suatu produk.
Istilah yang sering disetarakan dengan bangunan adalah konstruksi. Kata konstruksi diadopsi dari kata construction yang berasal dari kata kerja to construct yang salah satu artinya membangun. Makna konstruksi di Indonesia sering diartikan sebagai wujud, bentuk atau bangunan yang merupakan hasil dari proses suatu pembangunan. Sedangkan kata construction sendiri lebih mengarah pada proses pelaksanaan dalam menghasilkan suatu bangunan. Istilah bridge construction berarti proses pembangunan jembatan, berbeda dengan istilah konstruksi jembatan yang berati bangunan jembatan. Dalam bahasa Inggris bangunan jembatan dapat diterjemahkan dengan istilah bridge structure atau bridge building.
Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 1999 diperkenalkan istilah jasa konstruksi yang berarti jasa yang terkait dengan proses menhasilkan suatu bangunan. Sekilas tampaknya pengertian konstruksi di sini sama dengan construction. Namun, jika dikaji lebih dalam pengertian yang digunakan dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi ternyata berbeda dengan instlah Construction Services yang digunakan oleh lembaga-lembaga internasional. Pengertian jasa konstruksi dalam UUJK lebih luas yaitu selain jasa proses pewujudan bangunan juga mencakup jasa rekayasa, konsultansi dan arsitektur.
Jadi pengertian kata bangunan bisa sama dengan konstruksi dengan arti wujud hasil dari suatu proses, tetapi artinya bisa berbeda dalam pengertian proses pelaksanaan. Bangunan sipil yang menjadi bagian judul di atas pengertian setara dengan bangunan gedung, yaitu bangunan berbentuk sipil atau lebih tepat lagi bangunan di bidang sipil yang mengacu pada keilmuan atau pekerjaan sipil. Istilah ini mencakup bangunan gedung, jalan, jembatan, irigasi, landasan pesawat, dermaga, rel kereta api, menara, penahan tanah, bendungan, penahan dan pemecah gelombang air, dan sebagainya.
Pada tahun 2002 diterbitkan Undang-Undang No. 28 tentang Bangunan Gedung. Jika konsekuen dengan istilah bangunan irigasi di atas, bangunan gedung berarti bangunan yang berfungsi untuk gedung. Tentu saja bukan makna ini yang dimaksud, tetapi yang dimaksud adalah bangunan berbentuk gedung. Pengertian gedung lebih spesifik dibandingkan bangunan. Gedung lebih diasosiakan pada tempat hunian baik untuk keperluan tempat tinggal, kantor dan bisnis. Kita sering mendengar istilah gedung perumahan, gedung perkantoran, gedung perhotelan, dan gedung pertokoan. Tetapi kita jarang mendengar istilah gedung perpasaran, yang sering kita dengar adalah gedung pemasaran yang maknanya bukan gedung untuk keperluan pasar tetapi gedung, tempat atau kantor untuk memasarkan suatu produk.
Istilah yang sering disetarakan dengan bangunan adalah konstruksi. Kata konstruksi diadopsi dari kata construction yang berasal dari kata kerja to construct yang salah satu artinya membangun. Makna konstruksi di Indonesia sering diartikan sebagai wujud, bentuk atau bangunan yang merupakan hasil dari proses suatu pembangunan. Sedangkan kata construction sendiri lebih mengarah pada proses pelaksanaan dalam menghasilkan suatu bangunan. Istilah bridge construction berarti proses pembangunan jembatan, berbeda dengan istilah konstruksi jembatan yang berati bangunan jembatan. Dalam bahasa Inggris bangunan jembatan dapat diterjemahkan dengan istilah bridge structure atau bridge building.
Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 1999 diperkenalkan istilah jasa konstruksi yang berarti jasa yang terkait dengan proses menhasilkan suatu bangunan. Sekilas tampaknya pengertian konstruksi di sini sama dengan construction. Namun, jika dikaji lebih dalam pengertian yang digunakan dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi ternyata berbeda dengan instlah Construction Services yang digunakan oleh lembaga-lembaga internasional. Pengertian jasa konstruksi dalam UUJK lebih luas yaitu selain jasa proses pewujudan bangunan juga mencakup jasa rekayasa, konsultansi dan arsitektur.
Jadi pengertian kata bangunan bisa sama dengan konstruksi dengan arti wujud hasil dari suatu proses, tetapi artinya bisa berbeda dalam pengertian proses pelaksanaan. Bangunan sipil yang menjadi bagian judul di atas pengertian setara dengan bangunan gedung, yaitu bangunan berbentuk sipil atau lebih tepat lagi bangunan di bidang sipil yang mengacu pada keilmuan atau pekerjaan sipil. Istilah ini mencakup bangunan gedung, jalan, jembatan, irigasi, landasan pesawat, dermaga, rel kereta api, menara, penahan tanah, bendungan, penahan dan pemecah gelombang air, dan sebagainya.
Rabu, 15 April 2009
Penyelenggaraan Infrastruktur Pascakonstruksi Semakin Penting
Penyelenggaraan infrastruktur pascakonstruksi sering diabaikan walaupun sering dikemukakan dalam berbagai pidato para pimpinan. Belum ada kebijakan yang jelas sehingga pemeliharaan menjadi prioritas yang rendah.
Mudah-mudahan peristiwa TPA Leuwi Gajah dan bendung Situ Gintung membuka mata kita untuk memberikan perhatian yang lebih serius terhadap pekerjaan pascakonstruksi.
Mudah-mudahan peristiwa TPA Leuwi Gajah dan bendung Situ Gintung membuka mata kita untuk memberikan perhatian yang lebih serius terhadap pekerjaan pascakonstruksi.
Label:
Infrastruktur,
Pascakonstruksi,
Pemeliharaan,
Rehabilitasi
Langganan:
Postingan (Atom)